Dyah Ayu Lestari Ingin Wujudkan Mimpi di Usia 21 Tahun
A
A
A
PENYANYI muda multitalenta Dyah Ayu Lestari ingin mewujudkan mimpi di usianya yang ke-21 tahun. Pada usianya yang masih muda dan produktif, Dede sapaan akrab Dyah Ayu Lestari, ingin berbagi pada sesama, terutama anak-anak kurang beruntung dalam bidang pendidikan lewat ajang beauty pigeon (ajang kecantikan). Selain itu, Dede juga ingin kariernya melesat pada usia 21 tahun.
Dede yang telah tampil di berbagai negara, seperti Jerman, Belanda, Mesir, dan Ukraina, lewat genre jazz etnik ingin terus meningkatkan karier dengan menelurkan karya album baru. Selain itu, bisa memberikan kontribusi konkret kepada semua orang atas keterlibatannya dalam ajang beauty pigeon seperti Putri/Miss Indonesia.
“Sekarang aku lagi mempersiapkan diri mengikuti ajang Putri Indonesia. Aku harus menurunkan berat badan, siap secara mental, dan sikap. Untuk karier musik, aku sedang menyelesaikan album ketiga. Jadi, lumayan ribet deh,” ujar Dede di sela-sela perayakan ulang tahun ke- 21 bersama puluhan anak yatim di kediamannya di kawasan Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (2/12).
Penyanyi yang pernah masuk nominasi AMI Award 2015 untuk kategori Karya Produksi Lagu Berbahasa Daerah Terbaik ini, mengaku malah memiliki kepedulian pada masalah sosial dan memberikan kontribusi kepada sesama, terutama yang kekurangan dalam hal pendidikan.
Meski dirinya banyak terlibat dalam berbagai kegiatan sosial pengajaran untuk anak-anak usia dini (PAUD), namun dirinya masih belum puas dan terus ingin memberikan kontribusi lebih luas lewat ajang pencarian bakat kecantikan (beauty pigeon ) layaknya Putri/Miss Indonesia.
“Aku ada rencana mau daftar ajang pencarian beauty pigeon, karena Alhamdulillah, aku suka social work, bagaimana misi sosial yang aku lakukan bisa mencakup seluruh Indonesia. Andai kata menang, aku bisa lebih universe ruang lingkup membantunya,” tuturnya.
Mahasiswi PPM School Of Management ini mengaku baru sekarang menyempatkan diri mengikuti ajang pencarian bakat. Meski pada saat berumur 17 tahun sudah bisa ikut ajang pencarian bakat, tapi kedewasaan berpikir maupun mental belum terasah.
“Kenapa baru sekarang, karena lebih ke level maturity dan ini jadi pengalaman baru bagi aku. Sebenarnya aku pernah ikut meningkatkan edukasi anak-anak selama empat bulan. Aku juga mengajar PAUD di kali dekat kampus,” kata gadis yang mengurus bisnis DMI manajemen.
Lewat pengalaman mengajar di PAUD membuatnya prihatin dengan kondisi yang tak selayaknya didapatkan anak-anak kurang mampu secara ekonomi. Karena itu, lewat ajang beauty pigeon bisa lebih concern memperhatikan masalah ini.
“Yang bisa dilakukan saat ini baru mengajar PAUD, ke depan ikut beauty pigeon bisa lebih luas memberikan dampaknya. Tapi, maunya sih bikin PAUD di tiap daerah dengan standar yang bagus,” ungkapnya.
Untuk karier bermusiknya, gadis pemilik album ‘Etnik Jazz Indonesia’ dan ‘Talk To Me’ ini mengatakan, di single Mata Bicara Paradise semua lagunya adalah hasil karyanya. “Alhamdulillah, sejak SMP saya sudah bisa membuat lagu. Makanya, di album baru nanti semuanya lagu ciptaan saya,” kata pemilik single Manuk Dadali ini. Adapun mengenai proses kreatif pembuatan lagu-lagu jazz karya, Dede mengaku inspirasinya mengalir begitu saja.
“Yang susah adalah ngumpulin mu sisinya. Karena mereka musisi yang sudah terikat dengan pekerjaan di tempat lain,” ujar gadis yang juga mengajar bahasa Inggris di lembaga pendidikan bahasa ini.
Dede yang telah tampil di berbagai negara, seperti Jerman, Belanda, Mesir, dan Ukraina, lewat genre jazz etnik ingin terus meningkatkan karier dengan menelurkan karya album baru. Selain itu, bisa memberikan kontribusi konkret kepada semua orang atas keterlibatannya dalam ajang beauty pigeon seperti Putri/Miss Indonesia.
“Sekarang aku lagi mempersiapkan diri mengikuti ajang Putri Indonesia. Aku harus menurunkan berat badan, siap secara mental, dan sikap. Untuk karier musik, aku sedang menyelesaikan album ketiga. Jadi, lumayan ribet deh,” ujar Dede di sela-sela perayakan ulang tahun ke- 21 bersama puluhan anak yatim di kediamannya di kawasan Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (2/12).
Penyanyi yang pernah masuk nominasi AMI Award 2015 untuk kategori Karya Produksi Lagu Berbahasa Daerah Terbaik ini, mengaku malah memiliki kepedulian pada masalah sosial dan memberikan kontribusi kepada sesama, terutama yang kekurangan dalam hal pendidikan.
Meski dirinya banyak terlibat dalam berbagai kegiatan sosial pengajaran untuk anak-anak usia dini (PAUD), namun dirinya masih belum puas dan terus ingin memberikan kontribusi lebih luas lewat ajang pencarian bakat kecantikan (beauty pigeon ) layaknya Putri/Miss Indonesia.
“Aku ada rencana mau daftar ajang pencarian beauty pigeon, karena Alhamdulillah, aku suka social work, bagaimana misi sosial yang aku lakukan bisa mencakup seluruh Indonesia. Andai kata menang, aku bisa lebih universe ruang lingkup membantunya,” tuturnya.
Mahasiswi PPM School Of Management ini mengaku baru sekarang menyempatkan diri mengikuti ajang pencarian bakat. Meski pada saat berumur 17 tahun sudah bisa ikut ajang pencarian bakat, tapi kedewasaan berpikir maupun mental belum terasah.
“Kenapa baru sekarang, karena lebih ke level maturity dan ini jadi pengalaman baru bagi aku. Sebenarnya aku pernah ikut meningkatkan edukasi anak-anak selama empat bulan. Aku juga mengajar PAUD di kali dekat kampus,” kata gadis yang mengurus bisnis DMI manajemen.
Lewat pengalaman mengajar di PAUD membuatnya prihatin dengan kondisi yang tak selayaknya didapatkan anak-anak kurang mampu secara ekonomi. Karena itu, lewat ajang beauty pigeon bisa lebih concern memperhatikan masalah ini.
“Yang bisa dilakukan saat ini baru mengajar PAUD, ke depan ikut beauty pigeon bisa lebih luas memberikan dampaknya. Tapi, maunya sih bikin PAUD di tiap daerah dengan standar yang bagus,” ungkapnya.
Untuk karier bermusiknya, gadis pemilik album ‘Etnik Jazz Indonesia’ dan ‘Talk To Me’ ini mengatakan, di single Mata Bicara Paradise semua lagunya adalah hasil karyanya. “Alhamdulillah, sejak SMP saya sudah bisa membuat lagu. Makanya, di album baru nanti semuanya lagu ciptaan saya,” kata pemilik single Manuk Dadali ini. Adapun mengenai proses kreatif pembuatan lagu-lagu jazz karya, Dede mengaku inspirasinya mengalir begitu saja.
“Yang susah adalah ngumpulin mu sisinya. Karena mereka musisi yang sudah terikat dengan pekerjaan di tempat lain,” ujar gadis yang juga mengajar bahasa Inggris di lembaga pendidikan bahasa ini.
(don)